Bakorluh Sumut Latih Penyuluh dan Petani Tiga Kabupaten
Untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dan perkebunan di Sumatera Utara (Sumut), Badan Kordinasi Penyuluh (Bakorluh) Sumut mengadakan pelatihan terhadap penyuluh dan kelompok tani di tiga kabupaten. Ketiga kabupaten tersebut yakni Kabupaten Padang Lawas (Palas), Labuhan Batu Selatan (Labusel) dan Mandailing Natal. |
"Melalui pelatihan ini diharapkan para penyuluh dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam membimbing dan mendampingi petani. Begitu juga para petani yang mengikuti pelatihan diharapkan lebih terampil, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produksi dan daya saing produk pertanian di daerah ini," ujar Penyuluh Provinsi Sumut Washington Siregar didampingi penyuluh provinsi Sofyan Mufthi Simatupang kepada MedanBisnis di Medan, Selasa (31/12). Dikatakan Washington, di Kabupaten Palas, tepatnya di Kecamatan Sosopan sedikitnya ada 30 orang petani tembakau yang dilatih tentang budidaya tembakau. Mulai dari teknik budidaya, panen hingga penanganan pasca panen. Dijelaskan, dengan penanganan yang tepat, produksi tembakau lokal Sosopan diharapkan dapat meningkat hingga 10 ton per hektare. Apalagi, potensi tembakau di daerah ini sangat besar, antara lain dengan memanfaatkan lahan sawit dengan cara tumpang sari. Tembakau Sosopan, kata dia, juga berpotensi ekspor dan pernah jaya di masa awal kemerdekaan dulu. Untuk itu, selain pelatihan juga dibuat demplot penanaman tembakau seluas satu hektare. Untuk meningkatkan kualitas, para petani juga diharuskan menggunakan omprongan, yakni alat pengering tembakau berupa bangunan atau bangsal. "Dengan menggunakan omprongan ini, tembakau dapat dikeringkan tanpa tergantung cuaca atau panas matahari. Kualitas tembakau juga akan semakin baik, karena temperatur dan kelembaban udara dapat diatur," jelas Sofyan Mufthi Simatupang menambahkan. Pelatihan terhadap penyuluh dan petani juga dilakukan di Labusel. Sedikitnya ada 60 orang penyuluh dan petani di daerah yang dilatih tentang peningkatan produktifitas karet dan bahan olah karet (bokar). Di antaranya tentang penggunaan obat pembeku lateks atau OBETA. Tujuannya, untuk meningkatkan kualitas dan harga jual karet di daerah ini. "Selama ini masih banyak petani yang menggunakan buah pace atau bahan kimia lain untuk membekukan karet atau lateks. Padahal, bahan-bahan tersebut dapat merusak struktur lateks. Sehingga harga jual karet menjadi rendah, yakni di bawah Rp 10.000 per kilogram. Padahal, jika kualitasnya baik, karet petani dapat dijual dengan harga Rp 15.000 lebih per kilogram," papar Sofyan. Selain itu, pelatihan juga dilakukan terhadap penyuluh dan petani di Madina, yakni 30 orang di Kecamatan Natal dan 100 orang di Kecamatan Nagajuang. "Di sini kita beri pelatihan tentang pengembangan budidaya bawang merah," ujar Sofyan. Pada pelatihan ini, para penyuluh dilatih mengembangkan bawang merah dataran rendah dengan mengunakan biji botani bawang merah. Kelebihannya, bibit lebih tahan lama disimpan, yakni sampai dua tahun dan produktivitas mampu mencapai 40 ton per hektare. |