Bawang Impor Banjiri Semarang
Bawang merah impor membanjiri Kota Semarang sekitar dua pekan ini. Bawang merah asal Thailand, Vietnam, dan Filipina itu dijual dengan harga yang sama dengan bawang lokal, meski kualitasnya berbeda. "Saya mendapat suplai hingga 20 ton bawang impor per hari. Itu laku dijual dengan harga antara Rp 13,500 hingga Rp 14 ribu," kata Maryanto, pedagang bawang merah di Pasar Induk Johar, Kota Semarang, Ahad, 2 Maret 2014.
Maryanto mengaku telah menjual kembali bawang impor ke pedagang eceran. Menurut dia, baru kali ini bawang impor masuk ke Pasar Johar pada 2014. "Baru bulan Februari jumlahnya juga lumayan banyak," Maryanto menambahkan.
Suplai bawang impor itu dinilai sama dengan bawang lokal yang diterima Maryanto saat ini. Catatannya menunjukan bawang lokal yang sering ia beli dari petani mencapai 24 ton per hari. Bawang lokal yang ia beli saat ini berasal dari Kabupaten Brebes. Sedangkan lahan bawang petani Weleri, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Demak banyak yang gagal panen karena banjir.
Dwi Yuli Arwani, pedagang bawang merah lain di Pasar Johar, membenarkan banyaknya bawang impor yang masuk. Menurut Dwi, keberadaan bawang impor justru mulai menyurutkan minat terhadap bawang yang diproduksi petani lokal.
"Banyak yang minat bawang impor, harganya relatif sama, tapi ukurannya lebih besar," katanya.
Ia biasa menjual bawang impor seharga Rp 14 ribu per kilogram, atau hampir sama dengan bawang lokal. Padahal, ia menjelaskan, meski ukurannya lebih kecil, kualitas rasa bawang lokal lebih baik sebagai bumbu masak. "Untuk bumbu dan digoreng rasanya lebih terasa, mungkin pembeli lebih memilih ukuran yang lebih ekonomis," katanya.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Suryo Banendro, menyatakan tak mengetahui soal masuknya bawang impor ke pasar tradisional. Menurut dia, kebijakan terkait dengan impor merupakan tanggung jawab pemerintah pusat.
Menurut dia, lembaga yang ia pimpin tak pernah dimintai persetujuan perihal kebijakan impor bawang merah. "Yang paling berwenang mengenai impor adalah Kementerian Perdagangan, sedangkan kami hanya urusan produksi," katanya.
Sumber : http://www.tempo.co