BPS : Inflasi Februari di Bawah 1%
Badan Pusat Statistik (BPS) optimistis, inflasi Februari hanya di bawah 1% atau tidak setinggi inflasi Januari yang menembus level. 1,07%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, bila dilihat-dari trend yang ada, puncak inflasi selalu terjadi dalam dua periode, yakni pertama Desember-Januari dan kedua Juli-Agustus.
"Secara historikal, inflasi Januari memang tinggi," ujar dia ketika ditemui dalam acara "Konferensi Pers Pencanangan Zona Integritas BPS" di Gedung BPS, Jakarta, Senin (10/2).
Menurut dia, inflasi dalam periode pertama memang tinggi karena pada Desember terdapat peristiwa penting yaitu Natal dan menjelang Tahun Baru. Sedangkan Januari memasuki musim hujan. Untuk periode kedua, Juli-Agustus, memasuki masa liburan, tahun ajaran baru, lebaran dan puasa.
Sasmito mengatakan, inflasi Januari 2014 yang menembus 1,07% sudah diperkirakan terjadi, karena cuaca tidak bersahabat terutama banjir sehingga menyebabkan distribusi pangan terganggu.
Untuk inflasi Februari yang diperkirakan di bawah 1%, indikatornya adalah harga LPG yang sudah turun jika dibandingkan Januari, berikutnya harga cabai yang masih naik tetapi kenaikannya tidak tinggi, harga ayam dan beras cenderung stabil dan tentunya tidak ada banjir lagi.
"Memasuki Maret-Juni inflasi diperkirakan juga rendah,"ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, banyaknya bencana alam yang sedang menimpa Indonesia akan berpengaruh terhadap besaran inflasi.
"Kalau kami amati ketika melihat Januari lalu, inflasi di Februari ada kecenderungan meningkat," kata Agus di Jakarta, belum lama ini.
Selain meningkat di Februari, menurut Agus, tingginya inflasi masih terus terjadi hingga kuaral II tahun ini. "Setelah itu ada penurunan. Tapi secara yoy (year-on-year) masih dalam range target 4,5% plus minus 1%," kata dia. (dho/c03)