Budidaya Singkong Sambung Kelompok Sidodadi

10 tahun yang lalu
Bagikan:
Budidaya Singkong Sambung Kelompok Sidodadi

“Besar Buahnya, Besar Hasilnya begitulah kata seorang pengurus kelompok Sidodadi bernama Imran yang awal tidak begitu yakin dengan cara budidaya yang satu ini, setelah dilakukan proyek percontohan atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dengan Bank Indonesia pada tahun 2012 lalu maka kelompok semakin yakin dan beralih menggunakan metode ini”

Banyak berdirinya pabrik-pabrik pengolahan singkong di Serdang Bedagai membuat gairah para petani yang ada disekitarnya semakin bertambah, di Desa Dolok Masihul tepatnya merupakan daerah atau sentra singkong yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai namun produksi yang dihasilkan para petani di daerah tersebut masih belum memuaskan karena cara atau pola tanamnya masih tradisional sehingga perawatan dan pengendalian penyakit juga memakan biaya mahal.

Kenyataan tersebut tentu banyak juga dialami didaerah-daerah lain sehingga membuat para inovator seperti ISEI, PANSU dan BBP2TP Medan membuat terobosan-terobosan yaitu Singkong Sambung, teknologi ini sudah berkembang dan telah diuji coba didaerah-daerah lain. Singkong sambung adalah hasil okulasi antara singkong lokal terseleksi yang berumbi enak, panjang, dan berpati tinggi dengan singkong karet yang memiliki daun lebat, lebar serta tahan serangan kutu merah daun. Teknologi ini diikuti dengan penggunaan pupuk organik, jarak tanam lebar, pengolahan lahan akan menghasilkan umbi segar hingga 120 ton perhektar.

Penasaran dengan metode atau teknologi tersebut Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai bekerjasama dengan Bank Indonesia sebagai inisiasi melakukan uji coba (Demplot) seluas 1000 meter di Desa Baja Rongge Kecamatan Dolok Masihul tepatnya dilahan milik kelompok SIDODADI pada tahun 2012 lalu. Demplot ini juga adalah sinergi antara Bank Indonesia dengan program kerja dari instansi teknis (Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara) untuk meningkatkan produktivitas lahan kering  dan meningkatkan pendapatan petani serta menghasilkan produk singkong yang lebih berkualitas.  Sehingga pabrikan dapat menerima hasil produksi petani dengan harga yang reatif tinggi.

Dengan penuh kerja keras dan terus memberikan motivasi kepada anggota kelompok hingga akhirnya kelompok mulai yakin dan percaya untuk beralih menggunakan teknologi sambung ini karena umbi yang dihasilkan sangat panjang dan besar, setiap batangnya memiliki berat rata-rata 30 s.d 50 Kg, selain itu terbukti dari bibit yang telah dihasilkan sendiri oleh salah satu pengurus kelompok yaitu Imran dan saat ini telah dipasarkan kepada petani lain yang ada di Desa Baja Rongge.

Tidak puas dengan hasil dari singkong sambung tersebut, Imran juga berinovasi  untuk membuat tepung mokaf sendiri dengan memanfaatkan alat produksi yang diberikan oleh Badan Ketahanan Pangan serta dukungan rumah mokaf dari Bank Indonesia.