Bulog: Impor Jagung untuk Stabilisasi Harga

8 tahun yang lalu
Bagikan:
Bulog: Impor Jagung untuk Stabilisasi Harga

Jakarta. Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik menyatakan tugas dari pemerintah pada perusahaan milik negara tersebut sebagai importir tunggal jagung adalah untuk stabilisasi harga pangan dan tidak berorientasi mencari laba. Pemerintah menugaskan kami untuk menjadi satu-satunya importir jagung, ini bukan untuk cari untung, tapi untuk stabilisasi harga pangan, kata Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti saat acara temu media di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Kamis (21/1).

Djarot menilai penunjukan pihaknya untuk menjadi satu-satunya importir jagung sebagai bentuk pengawasan pemerintah terhadap komoditas jagung. Ini kan juga sebagai bentuk pengawasan pemerintah. Untuk saat ini kita sedang mengurus perizinan impor itu, ujarnya.

Menurut Djarot, pemerintah memutuskan untuk melakukan impor jagung karena saat ini harga daging ayam dan telur ayam sedang melonjak akibat naiknya harga pakan ternak yang berbahan baku jagung dan otomatis membebani masyarakat. Karenanya pemerintah perlu segera mengimpor jagung untuk menambah suplai ke pasar, sehingga harga pakan ternak bisa turun dan diikuti oleh daging ayam dan telur, ucapnya.

Kebijakan impor tersebut, lanjut Djarot, karena saat ini Indonesia belum memasuki musim panen jagung dan baru dimulai pada bulan Maret-April. Di lokasi yang sama, Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu juga menyatakan jagung yang diimpor dan akan mulai masuk pada akhir Januari 2016 secara bertahap hingga mencapai 600.000 ton pada akhir Maret 2016, akan diprioritaskan untuk peternak rakyat dan usaha kecil dan menengah (UKM) yang saat ini sangat membutuhkan dikarenakan oleh mahalnya jagung. Prioritas penjualan jagung ke UKM dan peternak rakyat. Hari ini kita undang mereka untuk diskusi dan akhir bulan ini kapal yang membawa jagung mulai masuk secara bertahap sampai akhir Maret 600.000 ton, ujarnya.

Dari informasi yang dihimpun, pemerintah memutuskan kuota impor jagung pada 2016 dengan volume sekitar 30% dari kebutuhan, yaitu 200.000 ton per bulan atau 2,4 juta ton setiap tahun serta akan dilakukan seluruhnya oleh Perum Bulog.

Sumber : www.medanbisnisdaily.com