Bulog Perluas Jangkauan OP Cabai Merah
Badan Urusan Logostik (Bulog) Sumatera Utara (Sumut) berkerja sama dengan Tim Pengendali Inflasi (TPID) Sumut memperluas jangkauan operasi pasar (OP) cabai merah ke empat pasar tradisional di Medan. Hal ini untuk menekan peningkatan harga komoditas tersebut. Kepala Bulog Sumut Fasika Khaerul Zaman, mengungkapkan, sedikitnya 350 kg cabai merah segar dan 50 kg cabai merah giling digelontorkan ke masing-masing pasar yakni Pasar Peringgan, Pasar Palapa, Pasar Brayan dan Pasar Marelan. Antusiasme warga cukup tinggi. Tak sampai satu jam, cabai habis terjual, ungkapnya di sela-sela OP, di Pasar Peringgan, Selasa (12/5).
Sebelumnya, pada Selasa pekan lalu, hal serupa dilaksanakan di Pasar Petisah dan Pasar Aksara dengan tujuan untuk menekan kenaikan harga di tingkat pedagang pengecer. Usaha itu cukup berhasil karena harga cabai sempat turun ke angka Rp26.000 per kg setelah sempat naik ke level Rp28.000 hingga Rp31.000 per kg. Namun, penurunan harga tersebut hanya bertahan empat hari. Dalam tiga hari terakhir, harga cabai berangsur naik dan menyentuh level Rp40.000 per kg. Bulog bersama TPID pun kembali melakukan OP. Pihaknya berharap, dalam satu atau dua hari ke depan, harga cabai merah kembali turun. Cabai merah yang digelontorkan Bulog itu dipatok pada harga Rp25.000 per kg.
Menurut dia, langkah ini akan terus dilakukan pihaknya hingga menjelang Ramadan mendatang mengingat cabai merah merupakan salah penyumbang inflasi tertinggi, khususnya di Kota Medan. Harganya yang terus merangkak naik menjadi pedoman kami untuk terus melanjutkan OP ini dan memperluasnya hingga ke pasar lainnya sampai harga bisa turun ke level yang normal, jelasnya.
Kalaupun harga tidak turun, lanjut dia, pihaknya akan tetap menggelar OP agar masyarakat memiliki lokasi alternatif membeli cabai merah, sehingga kenaikan tidak akan terjadi terlalu signifikan. Menurutnya, kenaikan harga yang terjadi sekarang dikarenakan spekulasi pedagang semata. Sementara pasokan cabai dari sentra pertanian masih cukup banyak. Kalau ada permintaan dengan harga dinaikkan itu, besoknya dinaikkan lagi, begitu seterusnya. Kami juga lakukan hal yang sama. OP saja terus selama stok masih ada, ucapnya.
Sebelumnya, Deputi Kepala Perwakilan BI Sumut Subintoro, mengatakan, pihaknya akan turut berupaya mengendalikan inflasi bekerjasama dengan instansi terkait, pemerintah daerah (pemda) petani dan pelaku pasar untuk memastikan ketersediaan pasokan cukup. Tidak hanya dari bahan makanan, tetapi juga dari administrated price yang biasanya bisa memicu kenaikan harga seperti tarif listrik, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), elpiji 3 kg juga akan diantisipasi karena turut memicu inflasi di daerah. Jadi tidak hanya volatile food tetapi juga administrated price akan diperhatikan, jelasnya.
Begitupun, OP cabai merah yang digelar itu bukan tanpa masalah. Saat melakukan OP di Pasar Peringgan, pedagang di sana ramai-ramai melakukan aksi protes. Pedagang menilai, OP yang dilakukan Bulog tersebut berpotensi merugikan pedagang. Kami bukan sengaja menaikkan harga. Ini karena harga dari petani juga naik. Cabai yang dijual Bulog sudah jauh dari harga modal kami. Senin kemarin kami pasok cabai dengan harga di atas Rp25.000 per kg, kata pedagang cabai di sana, Rahmad.
Menurut pedagang, apa yang dilakukan pemerintah tersebut memang sangat baik, hanya saja harga jual yang diterapkan terlalu rendah. Sedangkan pedagang harus membeli cabai dengan harga tinggi dari pengepul. Pedagang juga berharap harga cabai bisa dijual dengan harga rendah guna memancing permintaan. Namun, harga cabai yang digelontorkan Bulog itu bisa berpotensi merugikan pedagang, sebagai akibat cabai yang dijual pedagang tak laku.
Sumber : http://www.medanbisnisdaily.com