Bulog Perluas Wilayah OP Beras
Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre Sumut memperluas wilayah pelaksanaan operasi pasar (OP) beras di Kota Medan. Sebelumnya, OP hanya dilaksanakan di Pusat Pasar Medan, kini sudah dilaksanakan di pasar lain seperti Pasar Simpang Limun, Pasar Palapa Brayan, Pasar Sukaramai dan Pasar Petisah.
"Sedikitnya 60 ton beras kualitas medium telah terserap pasar sejak OP dilaksanakan pada Rabu (19/2-red) lalu. Tingginya minat masyarakat membeli beras menjadi salah satu penyebab utamanya," kata Humas Bulog Divre Sumut Rudi Adlyn, kepada MedanBisnis, Senin (24/2).
Dikatakannya, OP dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan harga yang bakal terjadi akibat kelangkaan pasokan. Maklum, sejumlah lokasi pertanian di Indonesia sedang dilanda bencana dan terancam gagal panen. Saat ini, sebutnya, harga beras menunjukkan tren menguat dan perluasan OP tersebut sesuai permintaan dari Pemko Medan.
Soal target pelaksanaan, dia mengatakan, pihaknya tidak menetapkan target secara kuantitas. OP, lanjutnya, akan dihentikan saat harga beras di pasar sudah kembali normal. Saat ini, harga beras di pasar berkisar Rp9.000- Rp11.500 per kg. Tahun lalu, harga beras masih dijual Rp8.500 per kg. "Kami akan terus melakukan OP hingga harga kembali stabil. Kami yakini OP beras kali ini akan berhasil, karena stok di gudang Bulog tersedia 67.000 ton lebih," ungkapnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga siap untuk menggelontorkan beras dalam OP jika ada pasar yang meminta, selain sejumlah pasar yang telah berjalan itu. Pihaknya pun mendapat dukungan penuh dari Pemko Medan, Pemprov Sumut dan BI Wilayah Sumut-Aceh karena selain menekan harga beras, OP kali ini juga diharapkan mampu menekan angka inflasi Sumut.
Pihaknya juga mendapat dukungan dari Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi (Perpadi) Sumut yang akan membantu menyebarkan beras OP melalui pengusaha-pengusaha beras yang tergabung dalam organisasi itu. "Mereka (Perpadi-red) berencana mengelontorkan 500 ton beras Bulog sesuai dengan HET yang telah ditetapkan yakni Rp7.500 per kg," ungkapnya.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumut-Aceh) Dewi Setyowati, mengatakan, OP beras kali ini juga ditujukan untuk menekan inflasi. Maklum, dalam beberapa tahun belakangan, beras selalu menjadi komoditas penyumbang inflasi yang cukup besar. "Kami berharap, inflasi tahun ini bisa ditekan, karena tahun lalu angka inflasi Sumut cukup tinggi," katanya.
Hal senada diungkapkan Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Sumut Sabrina. Dikatakannya, selain untuk menekan angka inflasi Sumut yang lebih dari 10% pada tahun lalu, juga diharapkan mampu menekan harga barang kebutuhan lain di pasar.
Terlambat
Sementara itu, sejumlah pedagang beras di Kota Medan menilai OP tersebut sudah terlambat. "Sudah mau panen dan harganya sudah mau turun baru dilakukan OP. Inikan sama saja merugikan kami (pedagang beras-red) dan petani," kata Udin, pedagang beras di Pasar Sei Sikambing Medan.
Dirinya khawatir dengan lambannya pasokan Bulog akan menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan beras dengan harga murah. "Pedagang juga dirugikan karena tidak bisa menjual beras kembali dengan cepat. Seharusnya Perum Bulog lebih cepat melakukan OP agar harga beras tidak jatuh dan para pedagang tidak merasa dirugikan," tambahnya.
Sementara itu, Indra, pedagang beras di Pasar Sukaramai, mengatakan, harga Rp6.900 per kg yang ditetapkan Bulog kepada pedagang tergolong tinggi untuk kualitas beras kelas tiga.
"Harga beras yang dipatok untuk kualitas kelas tiga, masih terlalu tinggi. Jadi percuma saja jika Perum Bulog menggelar operasi pasar beras dengan menggandeng pedagang," ujarnya. (daniel pekuwali/cw04)
Sumber : http://www.medanbisnisdaily.com