Cabai Picu Deflasi di Palembang
Kota Palembang kembali mengalami deflasi sebesar 0,03 persen di bulan Mei ini. Kondisi ini adalah kali keempat berturut-turut Palembang mengalami deflasi. Prestasi ini diklaim tidak lepas dari keberhasilan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumsel dalam menjaga kestabilan harga. Deflasi dalam artian ekonomi adalah kondisi dimana harga-harga secara umum turun dan nilai uang bertambah.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan, Bachdi Ruswana mengatakan deflasi ini disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan ketersediaan komoditi strategis. Keadaan deflasi ini dimungkinkan karena berlimpahnya stok komoditi strategis karena saat ini memasuki masa panen, ujarnya, Senin (2/6).
Bachdi mengatakan komoditas terutama bahan makanan masih tetap terjaga dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,44 persen. Komoditas dengan andil tertinggi terhadap deflasi yakni penurunan harga cabai merah, beras, cabai rawit dan udang basah. Sementara kenaikan harga terjadi pada daging ayam ras, telur ayam, bawang merah dan sayuran. Ia menambahkan, realisasi deflasi ini cukup positif dibanding dengan kota-kota besar di Sumatera seperti Lampung yang inflasi 0,04 persen, Pekan Baru inflasi 0,20 persen dan Medan 0,30 persen.
Berbeda dengan Palembang, pada bulan ini kota Lubuk Linggau mengalami inflasi sebesar 0,37 persen, dengan laju kumulatif hingga Mei sebesar 0,60 persen. Kenaikan harga komuditas meliputi daging ayam ras, nasi dengan lauk, sayuran bayam dan beberapa bahan makanan lainnya. Sedangkan penurunan harga terjadi pada cabai merah, rawit, beras dan lainnya. Sementara itu untuk bulan Juni ini diprediksi Palembang akan mengalami inflasi karena mendekati bulan puasa dimana permintaan akan melonjak
Sumber : http://ews.kemendag.go.id