Disperindag Klaim Harga Beras Belum Berdampak
Harga beras berbagai merek di sejumlah pasar di Medan terus mengalami kenaikan sejak awal tahun ini. Rata-rata harga beras saat ini berkisar Rp9.800-Rp11.500 per kg. Padahal, dalam keadaan normal harga beras paling tinggi dipatok Rp9.500 per kg. Sejumlah pedagang mengaku, tingginya harga beras disebabkan permintaan konsumen yang cenderung naik, sedangkan pasokan yang masuk kepada mereka sejauh ini masih terbatas. "Permintaan memang masih tinggi, sehingga harga beras agak mahal," kata Rawin, pedagang beras di Pusat Pasar, Medan, Jumat (14/2).
Namun, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Medan Syahrizal Arif, mengklaim, harga beras di pasar sejauh ini belum menimbulkan dampak yang cukup berarti bagi konsumen. "Buktinya, permintaan tetap tinggi. Kenaikan harga yang terjadi pun tidak lebih dari 10 persen," katanya.
Diungkapkannya, jika harga beras di pasar naik 15% di atas harga normal, pihaknya akan melakukan operasi pasar (OP) untuk mengendalikan harga. "Sejauh ini kenaikan yang terjadi belum menyentuh angka itu. Dan kami akan terus memantau kondisi pasar," katanya.
Menurutnya, pemerintah memiliki kewenangan untuk mengintervensi pasar jika harga di pasar tak terkendali. Saat ini, lanjut Syahrizal. pihaknya mendapat dukungan penuh dari Bulog soal pasokan beras jika sewaktu-waktu dibutuhkan. "Jika memang OP diperlukan, kami tinggal meminta kepada Bulog untuk mengalokasikan beras sesuai dengan kebutuhan. Dengan begitu, harga beras di pasar bisa diredam," ungkapnya.
Sejauh ini, kata dia, pihaknya jarang melakukan OP pada hari-hari biasa karena harga di pasar masih tergolong stabil. Paling tidak, katanya, OP dilakukan saat menjelang hari-hari besar keagamaan karena biasanya pada masa-masa itu permintaan konsumen tinggi. Distributor bahan pokok di Jalan Sakti Lubis, Medan, Abie, mengatakan, sejak awal tahun pihaknya memang sedikit menaikkan harga beras. "Paling tinggi kami naikkan Rp500 per kg," ungkapnya.
Hal itu, katanya, untuk mengerem pembelian dari pedagang pengecer untuk mengendalikan stok. Alasannya, jika pihaknya terus menggelontorkan beras dalam jumlah banyak, bisa jadi dalam beberapa waktu ke depan akan menyebabkan kelangkaan beras yang justru sangat merugikan pedagang dan konsumen. "Sebab, sebagian besar lahan pertanian di Indonesia saat ini sedang memasuki masa paceklik, sehingga dapat dipastikan pasokan beras ke pasar sedikit mengalami penurunan," ujarnya. (daniel pekuwali)
Sumber : http://www.medanbisnisdaily.com