Disperindag Klaim Stok Gula Kebutuhan Sumut Aman
MedanBisnis - Medan. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan H Alwi Sitorus menegaskan, masyarakat Sumatera Utara (Sumut) tidak perlu resah menyikapi terjadinya kelangkaan pasokan gula di sejumlah negara sumber pemasok gula, khususnya Thailand. Sebab, stok dan kontrak pasokan gula untuk kebutuhan Sumut sudah tersedia hingga akhir tahun 2016. Pasokan gula untuk kebutuhan konsumen rumah tangga dan industri kecil di Sumatera Utara sudah tersedia hingga akhir Desember 2016, kata Alwi Sitorus didampingi Seksi Kelembagaan Bdang Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Disperindag Sumut di ruang kerjanya, Jumat (14/7).
Hal itu disampaikannya menyikapi kecemasan kalangan importir gula mentah (raw sugar) akibat stok komoditas raw sugar di luar negeri sedang menipis.
Sekadar mengingatkan, Thailand yang merupakan negara produsen gula mentah menutup sementara kran ekspornya karena sudah kehabisan stok. Akibatnya, harga gula mentah di pasaran semakin mahal (MedanBisnis, 14/7).
Menurut H Alwi, keterbatasan pasokan impor raw sugar tersebut tidak mempengaruhi pasokan gula di Sumut karena para pemasok sudah terikat kontrak selama masa setahun.
H Alwi memerinci, total stok gula pasir hingga akhir Juli yang dikuasai pemasok gula untuk Sumut tercatat sebanyak 35.880 ton. Stok tersebut masing-masing dikuasai Bulog (20.000 ton), Induk Koperasi Kartika (Inkopkar) (5.880 ton) dan MSI (10.000 ton). MSI adalah sebuah perusahaan yang bermarkas di Kawasan Industri Medan (KIM) yang mengolah raw sugar (gula mentah) menjadi gula yang layak dikonsumsi rumah tangga dan industri kecil.
Stok tersebut, sambung mantan Pelaksana Tugas Bupati Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) itu, didukung (di-back-up) oleh ketersediaan pasokan gula mentah (raw sugar) antar pulau yang dimiliki tiga distributor utama gula untuk Sumut.
Dia memerinci, pasokan raw sugar yang akan masuk secara bertahap hingga Desember melalui tiga perusahaan pemasok yakni Inkoppol (57.000 ton), Inkopkar (29.400 ton) dan MSI (60.000 ton). Raw sugar tersebut akan masuk secara bertahap untuk kemudian diolah menjadi gula yang layak dikonsumsi industry kecil dan rumah tangga di pabrik pengolahan milik MSI di Kawasan Industri, katanya.
Menurut Alwin, jumlah stok gula yang ada saat ini ditambah dengan pasokan raw sugar yang akan masuk dan diolah bertahap cukup untuk memenuhi kebutuhan gula rumah tangga dan industri kecil dan menengah (IKM) yang ada di Sumut.
Menurut Alwin, rata-rata kebutuhan gula pasir rumah tangga dan industri kecil di Sumut berkisar 28.000-29.000 ton setiap bulan.
Harga Berangsur Turun
Pada kesempatan yang sama H Alwi juga menegaskan dari hasil pemantauan pihaknya di lapangan, harga gula pasir di tingkat pedang pengecer sudah berangsur turun.
Turunnnya harga gula pasir yang sempat menorehkan harga tertinggi berkisar Rp 16.000/kg pada bulan Ramadhan 1437 H, seiring dengan menurunnya permintaan konsumen. Pada saat ini harga di tingkat pengecer masih belum semua turun akibat stok gula yang dijual masih merupakan stok lama yang ditebus (dibeli) pada saat harga mahal, kata Misbah menambahkan.
Pihaknya optimis, paling lama dua minggu ke depan harga gula di tingkat pedagang pengecer sudah kembali ke level Rp 14.000-Rp 14.200/kg.
Alwi mengklaim gejolak harga gula di Sumut saat menyambut Idul Fitri 1437 H, relatif lebih tenang jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di tanah air.
Hal itu menurut Alwi disebabkan pasokan gula terjamin dibarengi dengan oleh operasi pasar (OP) yang dilakukan kalangan komunitas bisnis, termasuk BUMN.
Sumber : www.medanbisnisdaily.com