Harga Beras Berangsur Turun

10 tahun yang lalu
Bagikan:
Harga Beras Berangsur Turun

Sebagian petani di sejumlah daerah di Sumatera Utara mulai panen. Hal ini membuat harga berbagai jenis beras selama beberapa hari terakhir berangsur-angsur turun. "Harga beras di Medan beberapa bulan lalu tinggi akibat kesulitan pasokan, kini petani mulai panen, sehingga harga berangsur turun," kata M Khairudin, pedagang beras, di Jalan Setia Budi Medan, kepada MedanBisnis, Rabu (5/3).

Senada dikatakan Ami, pedagang bahan pokok di Pasar Melati Medan. Menurutnya, dua hari terakhir, harga beberapa jenis beras mengalami penurunan karena memasuki musim panen raya. "Ke depan harga beras akan semakin turun lagi," ujarnya.

Menurutnya, harga beras jenis IR-64 mengalami penurunan Rp300 per kg dari harga sebelumnya Rp11.000 per kg. "Harga beras masih relatif tenang saja, tapi satu bulan ke depan, harga akan turun karena musim panen," ujarnya lagi.

Saat ini, harga beras jenis premium berkisar Rp8.000-Rp8.500 per kg, sedangkan untuk beras jenis medium berkisar Rp7.000-Rp7.500 per kg. Pasokan beras yang masuk ke pasar berasal dari Aceh, Deliserdang dan sejumlah daerah di pulau Jawa.

Sementara itu, Zainal, pedagang bahan pokok lainnya di Pasar Sei Sikambing, Medan, menyebutkan, sejumlah jenis beras mengalami penurunan di pasar, meski ada beberapa jenis beras yang harganya relatif tetap stabil. "Ya tergantung jenisnya, ada yang harganya sudah turun, ada yang masih tetap. Seperti beras bramo, saya masih jual seharga Rp8.000 per kg. Itu masih harga eceran, kalau dari distributor harganya berbeda," katanya. (cw 04)

Harga Beras Berangsur Turun

9 tahun yang lalu
Bagikan:
Harga Beras Berangsur Turun

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengklaim harga beras berangsur turun sebagai dampak operasi pasar beras dan beras murah untuk rakyat miskin. Rata-rata penurunannya Rp 700–1.400 per kilogram. Beras kelas medium, misalnya, harganya sudah turun di kisaran Rp 10 ribu per kilogram.

Pemerintah yakin harga akan segera kembali ke titik normalnya. Menurut Amran, Maret ini akan memasuki panen raya. “Secara nasional, Maret ini ada luas area tanam yang panen mencapai 2,4 juta hektare,” ujar Amran di sela kunjungan ke Bengkulu, kemarin. Selain menyerahkan bantuan alat pertanian, Amran melakukan panen raya di Desa Pulo Geto, Kabupaten Kepahiang.

Salah satu daerah yang bakal panen besar adalah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Area panen di kabupaten ini mencapai 500 ribu hektare. Apabila dalam 1 hektare produktivitasnya 7 ton, satu kabupaten akan menghasilkan 3,5 juta ton gabah kering giling (GKG). “Melimpahnya produksi gabah ini akan menurunkan harga beras, seiring penambahan pasokan beras ke pasar,” kata dia.

Amran mengaku heran harga beras bisa melambung hingga Rp 12 ribu per kilogram. Padahal, hasil produksi cukup dan harga gabah di tingkat petani stabil di kisaran Rp 4.600 per kilogram. Ia yakin ada masalah distribusi, yang mengakibatkan jomplangnya harga gabah dan beras. Mestinya, menurut Amran, perbedaan harga gabah dan beras hanya Rp 3.000–4.000 per kilogram karena penyusutan berat gabah menjadi padi hanya 30–35 persen.

Namun kenyataannya harga bisa mencapai Rp 7.000 per kilogram. “Perbedaan ini menunjukkan adanya masalah pada sistem distribusi, dan saya tidak mengatakan ada mafia beras,” kata Amran. Selanjutnya ia mengatakan pemerintah memilih tetap tidak akan mengimpor beras. Salah satu solusi yang diambil untuk menekan harga ini adalah operasi pasar. Memasuki musim panen raya, Maret–April ini, diprediksi harga beras akan terus menurun.

 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, mulai Februari lalu, sejumlah daerah sudah mulai panen. Sedikitnya ada lahan padi seluas 1,24 juta hektare atau sebanyak 6,32 juta ton GKG yang setara 3,79 juta ton beras. Pada Januari, hanya 621 ribu hektare sawah yang panen dengan produktivitas 3,2 juta ton GKG atau 1,9 juta ton beras.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Hasil, Sembiring, mengatakan panen Januari, Februari, dan Maret mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hasil panen Maret ini diperkirakan mencapai 12,25 juta ton GKG atau setara 7,1 juta ton beras. “Untuk Februari–Maret produksi aman,” kata Sembiring. Hasil panen tiga bulan pertama 2015 mencapai 12,8 juta ton beras, sementara kebutuhan konsumsi sekitar 3 juta ton per bulan.

Sembiring mengatakan beras akan terus menumpuk karena April akan panen lagi 2,1 juta hektare sawah. Hasilnya sekitar 10,6 juta ton GKG atau 6,1 juta ton beras. Setelah April, luas panen akan meningkat seiring dengan adanya tambahan tanam sebesar 2,6 juta hektare padi dengan proyeksi produksi 9 juta ton GKG. “Saya tak tahu ya kalau ada sampai bisa kurang. Karena produksi besar.

Sumber : http://ews.kemendag.go.id