Harga Buah dan Sayur di Pasar Sidikalang Mahal

10 tahun yang lalu
Bagikan:
Harga Buah dan Sayur di Pasar Sidikalang Mahal

Harga buah serta sayur-mayur di pasar induk Sidikalang, Kabupaten Dairi, mahal. Mahalnya harga sangat dikeluhkan para ibu rumahtangga yang berbelanja di pasar tersebut.
Beberapa pembeli, Marta boru Simamora, Lisma boru Nainggolan, Senin (31/3) kepada MedanBisnis mengatakan, saat ini harga buah dan sayur sangat mahal membuat daya beli masyarakat berkurang.

Kedua sumber itu menyebutkan, untuk sayur-mayur kini semua jenis sayuran melonjak naik misalnya sayur sawi putih hargannya Rp 6.000/kg, sebelumnya hanya Rp 2.500/kg - Rp 3.000/kg. Kemudian, sawi pait menjadi Rp 7.000/kg, sebelumnya Rp 4.000/kg, kol Rp 6.000/kg dari sebelumnya Rp 3.000/kg, bunga kol Rp 15.000/kg, sayur peleng Rp 15.000/kg, sebelumnya hanya Rp 8.000/kg.

Begitu juga kentang Rp 10.000/kg, wortel Rp 8000/kg. Namun yang paling mahal saat ini yakni timun sudah mencapai Rp 12.000/kg, padahal biasanya paling harganya Rp 4.000/kg - Rp 5.000/kg.

"Sedangkan buah-buahan kini juga mengalami lonjakan harga yang menyebabkan daya beli berkurang. Untuk buah lengkeng misalnya kini masih bertahan mahal yakni Rp 45.000/kg, apel Rp 35.000/kg, manggis Rp 15.000/kg," ujarnya.

Selanjutnya, buah sawo Rp 15.000/kg, pisang juga turut naik menjadi Rp 11.000/ sisir, sebelumnya masih bisa dikisaran Rp 7.000/sisir, serta buah jeruk kini harganya di pasar Sidikalang sudah mencapai Rp20.000/kg untuk ukuran atau kualitas bagus.

Salah seorang pedagang buah, Lisbet boru Munthe, ditemui kemarin di pasar Sidikalang membenarkan jika harga buah saat ini lagi mahal. Pedagang itu mengatakan, mereka juga membeli dari Medan sudah mahal, otomatis ke pembeli (konsumen) pasti dinaikkan.
Dia mengakui, mahalnnya harga buah cukup memengaruhi daya beli masyarakat, tetapi kenaikan itu sudah berlaku dari agen dan sudah terjadi sejak satu bulan terakhir.

Begitu juga harga sayuran, menurut pedagang di sana, mahalnya harga sayuran di pasar saat ini disebabkan suplai sayur dari petani maupun agen penyuplai lagi berkurang. "Sehingga pedagang berebut mendapatkan barang yang berdampak mahalnya harga," sebut salah seorang pedagang, Marni boru Situmorang. (rudy sitanggang)

Sumber : http://medanbisnisdaily.com