Hongkong Siap Tampung Ikan Kerapu Aceh
Pasar ekspor kerapu hidup yang dihasilkan petambak di tanah air, khususnya dari Provinsi Aceh terbuka luas. Sebab, ikan kerapu yang dihasilkan petambak Aceh sangat digemari konsumen mancanegara khususnya Hongkong karena mutu dan citarasanya sangat enak mengungguli ikan sejenis yang dipasok Malaysia dan Vietnam. Peluang tersebut dibeberkan pengurus Aceh Business Community (ABICOMM) yang aktif membantu pengusaha budidaya kerapu serta ekspor perdana 9 ton kg kerapu hidup senilai Rp 1 miliar ke Hongkong. Ekspor perdana dilepas Walikota Langsa Usman Abdullah 19 Agustus 2015 dari Pelabuhan Kuala Langsa, Aceh Timur.
Dewan Pakar ABICOMM Riza Mutyara didampingi Ketua Umum ABICOMM Suriadin Nurnikmat ST MM serta fungsionaris lainnya bersama mitra kerja ABICOMM yakni Azizal dan Edy Effendy dari PD Evanindo selaku eksportir kepada pers di Medan Jumat (21/8) memaparkan, Indonesia berpeluang besar menjadi pemain kelas dunia dalam bisnis perikanan tambak jika disokong pemerintah. Sebab, kata Riza, seturut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ada 3 juta hektar lahan tambak di RI masih menganggur. Jika potensi ini dikelola maka hasilnya akan menjadi salah satu sumber devisa.
Contohnya, kata Riza, petani bekerja sama dengan pengusaha tambak di Aceh Timur pada 19 Agustus 2015 sukses melakukan ekspor perdana 9 ton ikan kerapu hidup ke Hongkong.
Kegiatan itu, kata Riza, merupakan lanjutan kunjungan Sofyan Djalil (saat masih Menko Bidang Ekuin) pada 14 Maret 2015 ke Pusat Pelatihan dan Pembibitan Ikan Kerapu di Pantai Cermin (Serdang Bedagai) atas undangan ABICOMM. Pusat pelatihan dan budidaya ikan kerapu tersebut mendidik putra-putra Sumut dan Aceh yang diasuh Rizal Dahlan Nasution.
Menurut Riza, dari hasil penjajakan sementara yang dilakukan, Hongkong siap menampung 200 ton/bulan ikan kerapu dari Aceh.
Sayangnya, kata Riza, sektor perikanan tambak belum serius dilirik pemerintah. Faktanya, sambung Riza, budidaya kerapu yang dilakukan petambak di Langsa plus ekspor perdana via laut ke Hongkong murni prakarsa pengusaha menggunakan dana sendiri.
Menurut Riza Mutyara dan Suriadin Nurnikmat, jika pihak KKP komit dan serius mendukung, maka Hongkong dapat dijadikan target pasar bagi petambak kerapu di Aceh.
Pihak eksportir dari PD Evanindo yakni Azizal dan Edy Effendy yang menjadi mitra ABICOMM pada pertemuan itu mengungkapkan, ekspor kerapu sangat menggiurkan karena harganya dewasa ini naik rata-rata sekitar 20%/tahun.
Edy Effendy menyebut, untuk menghasilkan 200 ton kerapu/bulan dibutuhkan keramba jaring apung (KJA) yakni tempat pembesaran kerapu sekitar 8.000 unit. Harga setiap unit jarring berkisar Rp 6 juta. Sedangan harga kerapu hidup di pasar ekspor berkisar Rp 110.000/kg, jauh di atas cost budidaya Rp 60.000/kg.
Peluang tersebut rasional digarap. Sebab, kata mereka, SDM dan SDA cukup. Di antaranya, kata Suriadin, tersedia lahan tambak 5.000 ha di Kawasan Kota Langsa. Di samping itu terdapat areal tambak yang potensial di hinterland (sekitar Kota Langsa) yakni Aceh Tamiang dan Idi. Juga Walikota Langsa Usman Abdullah siap memberi lahannya seluas 20 ha jadi tambak kerapu.
Sumber daya manusia untuk mengelola tambak dipasok dari lulusan pelatihan budidaya kerapu Pantai Cermin. Mereka sudah siap bekerja, namun mereka juga diarahkan jadi entrepreneur tambak asal didukung permodalan (bank), kata Riza.
Edy Effendy menambahkan, salah satu kendala yakni bibit ikan kerapu harus dipasok dari Bali dan Situbondo (Jatim). Bibit tersebut dipelihara beberapa lama di tambak untuk kemudian dipindah ke KJA untuk dibesarkan beberapa bulan sampai ideal diekspor.
Sumber : www.medanbisnisdaily.com