Jawa Timur Belum Mampu Kendalikan Harga Daging
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dianggap belum bisa mengendalikan harga daging sapi. Menurut Badan Pusat Statistik Jawa Timur, harga daging sapi masih konsisten naik, meski Jawa Timur menjadi daerah pemasok utama daging nasional. "Ini menunjukkan pemerintah belum bisa mengendalikan harga daging," kata Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur Sairi Hazbullah dalam konferensi pers, Senin, 3 Maret 2014.
Sairi mengatakan ada beberapa kemungkinan penyebab kenaikan harga daging sapi tersebut, yakni keterbatasan persediaan atau aliran daging sapi ke luar Jawa Timur.
Berdasarkan Sensus Pertanian BPS 2013, produksi sapi menurun hingga 1 juta ekor. Pada 2011 lalu, ternak sapi mencapai 5 juta ekor. Adapun pada 2013 hanya sebanyak 3,8 juta ekor. Kalaupun ada kelahiran sapi di level peternak, tampaknya tidak serta-merta berpengaruh signifikan terhadap persediaan daging sapi.
Di sisi lain, Jawa Timur merupakan provinsi penyuplai sapi dan daging sapi terbesar nasional. Ketika kran impor daging sapi ditutup, daerah lain seperti Jawa Barat dan Jakarta otomatis memenuhi kebutuhannya dengan mengambil pasokan dari Jawa Timur. Ini membuat persediaan sapi dan daging sapi menipis. Akibatnya, harga daging sapi naik.
Sairi menyayangkan penolakan data Sensus Pertanian yang menyebutkan produksi sapi menurun di Jawa Timur. Dengan adanya kenaikan harga ini, terbukti bahwa memang ada permasalahan dalam hal produksi sapi di Jawa Timur. "Seharusnya (data) jangan ditolak. Karena dengan begitu, kita punya kesempatan untuk membuat kebijakan yang pas," kata Sairi.
Kenaikan harga daging sapi memang diakui oleh Kepala Perdagangan dan Perindustrian Jawa Timur, Budi Setiawan. "Harga daging sapi memang ada kenaikan, tapi masih dikatakan stabil," kata Budi kepada Tempo, Senin, 3 Maret 2014.
Harga daging sapi berkualitas baik saat ini berada di kisaran Rp 92-93 ribu di seluruh daerah Jawa Timur. Di Surabaya, harga daging sapi mencapai Rp 91.940, turun dibanding pada bulan lalu yang sebesar Rp 92.020. Adapun harga daging sapi kualitas biasa berkisar Rp 83-85 ribu.
Menurut Budi, harga tersebut sebenarnya menguntungkan peternak sapi, namun merugikan di tingkat konsumen. Para konsumen masih meminta harga daging sapi di level Rp 85 ribu.
Tingginya harga, kata Budi, lebih disebabkan adanya kondisi kekurangan daging sapi secara nasional, terutama sejak impor daging nasional ditutup. Meski Jawa Timur sudah lebih dulu menerapkan kebijakan ini, mereka tetap terkena imbas psikologis.
Kebutuhan pangan nasional yang masih bergantung pada impor menyebabkan ketimpangan harga antarprovinsi. Dengan demikian, ketika impor dibatasi, provinsi lain sebagai penyuplai mengalami kenaikan permintaan yang kemudian mempengaruhi harga. "Kalau impor diserahkan di Jakarta dan Jawa Barat saja, harga (di Jawa Timur) akan otomatis turun," kata Budi.
Sumber : http://www.tempo.co