Kedelai Impor Tak Terpengaruh Kurs Rupiah
Harga kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tidak terpengaruh dengan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Bahkan harganya turun menjadi Rp6.550 per kg dibanding sebelumnya mencapai Rp6.600 per kg. Sejak fluktuasi rupiah bergejolak, harga jual kedelai impor justru turun. Demikian halnya adanya kenaikan harga jual bahan bakar minyak (BBM) juga tidak mendongkrak naik, kata Ketua Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma'ruf, di Kudus, Senin.
Hal serupa juga terjadi ketika nilai tukar rupiah yang kembali melemah terhadap dolar AS menjadi Rp13.150 per dolar, kata dia, sama sekali tidak mempengaruhi harga jual kedelai impor. Sejak dua hari lalu, lanjut dia, harga jual kedelai impor di Kudus justru turun tipis Rp50 menjadi Rp6.550 per kg.
Menjelang bulan Ramadhan, kata dia, harga jual kedelai impor biasanya mulai merangkak naik, namun yang terjadi saat ini justru cenderung turun. Kami memang keheranan karena selama beberapa pekan terakhir, harga jualnya cenderung turun dan tidak terpengaruh dengan penguatan kurs dolar AS terhadap rupiah serta adanya kenaikan harga BBM, ujarnya.
Dia memprediksi, harga jual kedelai impor memasuki bulan puasa nanti bakal naik seperti tahun sebelumnya. Meskipun harga jual kedelai impor turun, lanjut dia, pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Kudus belum ada yang melakukan aksi borong kedelai impor untuk stok bulan puasa yang biasanya terjadi lonjakan permintaan tahu dan tempe.
Permintaan kedelai impor selama terjadi penurunan harga jual, kata dia, masih cukup stabil, berkisar 15 ton hingga 20 ton per hari. Untuk stok kedelai impor masih cukup di gudang mencapai 50 ton.Kondisi berbeda terjadi pada kedelai lokal, karena saat ini harga jualnya justru mencapai Rp6.700 per kg. Tingginya harga jual kedelai lokal, untuk sementara kami tidak menyiapkan stoknya, ujarnya.
Beberapa daerah penghasil kedelai lokal, kata dia, seperti Kabupaten Grobogan dan Lamongan memang sedang panen sehingga tersedia stok yang cukup. Apabila harga jualnya kembali murah, kata dia, akan dilakukan kembali karena ada pengrajin yang biasa menambahkan kedelai lokal sebagai bahan campuran. Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300-an pengusaha.
Sumber : www.medanbisnisdaily.com