Panen Demplot di Stabat Capai 7,857 Ton per Hektare GKP
Penggunaan pupuk bioorganik Pomi ternyata mampu meningkatkan produktivitas gabah petani. Ini dibuktikan dari demplot yang dilakukan di Desa Mangga Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat.
Dari panen demplot yang dilakukan pada padi varietas Inpari 3 dengan aplikasi Pomi, hasil panen yang diperoleh mencapai 7,857 ton per hektare gabah kering panen (GKP). Sementara produksi padi pembanding hanya berkisar 6,388 ton per hektare.
Jadi, ada dua demplot yang kita cobakan. Pertama dengan aplikasi pupuk konvensional, yakni urea 50 kg, phonska 50 kg dan ZA 50 kg. Ini untuk lahan seluas 4,5 rante. Sedangkan demplot kedua dengan menggunakan pupuk bio organik pomi pada tanaman 7 hari setelah tanam (HST) sebanyak 5 liter, 25 HST 7,5 liter dan 40 HST sebanyak 2,5 liter. Aplikasi ini untuk tanaman seluas 3,5 rante dengan varietas padi yang sama yakni Inpari 3, jelas Ketua Kelompok Tani Rahmat III, Kecamatan Stabat Arbain kepada MedanBisnis, Senin (23/2) di Medan.
Namun, lanjut Rahmat didampingi distributor pupuk bio organik Pomi untuk Sumut Iskandar Rusnan, setelah dikonversikan luasannya ke hektare, hasil panen demplot yang diberikan dengan aplikasi Pomi mencapai 7,857 ton GKP. Sementara dengan perlakuan konvensional hanya berkisar 6,388 ton.
Jadi, memang ada peningkatan yang signifikan. Begitupun, untuk penggunaannya kita serahkan langsung ke petani, karena petanilah pelakunya. Tetapi, mereka bisa melihat perbandingan hasil yang diperoleh, kata dia.
Namun, tambah Iskandar, petani diharapkan mulai beralih menggunakan pupuk organik. Selain ramah lingkungan, juga dapat menekan ketergantungan terhadap pupuk konvensional yang harganya tergolong mahal, jika tidak disubsidi. Selain itu juga menekan biaya produksi petani yang akhirnya meningkatkan pendapatan petani itu, jelasnya.
Dikatakannya, pupuk bio organik Pomi diformulasikan dengan tiga tujuan penting, yakni sebagai pembenah tanah dengan adanya mikro organisme yang ada, sebagai penyedia unsur hara makro dan mikro dalam tanah serta sebagai optimalisasi penyerapan pupuk dari tanah ke tanaman.
Keunggulan pupuk bio organik ini terletak pada mikrobia pengurai bahan organik yaitu, azotobacter, azospirillium, actinomycetes, lactobacillus, pseudomonas, bacillus, rhizobium serta yeast yang berfungsi sebagai penambah N (Nitrogen), pelarut P (Posphor) dan pelarut K (Kalium), jelas Iskandar.
Selain itu, kata dia, Pomi juga sebagai zat pengatur tumbuh yang seimbang sehingga mampu menyelaraskan fase vegetatif dan generatif tanaman, ketersediaan enzim dan asam amino dalam jumlah cukup dan seimbang, ketersediaan zat anti penyakit tanaman serta berasal dari bahan-bahan organik yang menyuburkan tanah dan ramah lingkungan.
Selain pupuk bio organik pomi kata dia, ada juga Beka Insitu yang berfungsi untuk melakukan pengomposan jerami padi (singgang) yang mudah diaplikasi dan langsung di lahan. Selain menekan bakteri patogen, Beka Insitu juga berfungsi menguraikan dan melakukan dengan cepat dan sempurna sisa jerami padi di lahan menjadi senyawa dasar unsur hara yang aman dan siap digunakan tanaman padi.
Jadi, petani tidak perlu lagi membakar jeraminya. Karena selain pembakaran dilarang, unsur N (Nitrogen) dalam tanah juga akan hilang, ujar Iskandar.
Iskandar mengatakan, dalam hal pembuatan demplot tersebut, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pertanian Sumut dan kabupaten, penyuluh di lapangan, petani serta pihak TNI AD, dalam pengembangan program ketahanan pangan dalam rangka swasembada pangan nasional.
Sumber : http://www.medanbisnisdaily.com