Pemerintah Terus Upayakan Stabilisasi Harga dan Pasokan Cabe
Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi, hari ini, Kamis (27/3) menghadiri acara panen cabe rawit merah di Desa Trogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Acara ini merupakan bukti keseriusan pemerintah untuk meningkatkan produksi cabe rawit.
“Kenaikan harga cabe rawit merah disebabkan minimnya pasokan dari daerah sentra produksi. Pasokan ke Pasar Induk Kramat Jati saat ini hanya mencapai sekitar 3% atau sekitar lima ton perhari dari total pasokan (pasokan normal biasanya 6% dari total pasokan),” ujar Mendag.
Pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas harga dan ketersediaan cabe karena sifatnya yang mudah berubah dan intensitasnya yang sering memberikan andil terhadap inflasi nasional. Untuk itu, kecukupan pasokan ke pasar harus terjaga kontinuitasnya guna menjaga tingkat margin yang wajar bagi petani, serta stabilitas harga di tingkat konsumen.
Pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas harga dan ketersediaan cabe karena sifatnya yang mudah berubah dan intensitasnya yang sering memberikan andil terhadap inflasi nasional. Untuk itu, kecukupan pasokan ke pasar harus terjaga kontinuitasnya guna menjaga tingkat margin yang wajar bagi petani, serta stabilitas harga di tingkat konsumen.
Saat ini, harga rata-rata nasional untuk cabe merah biasa dan cabe merah keriting dibandingkan minggu lalu relatif stabil. Harga cabe merah keriting turun 5,16% menjadi Rp23.838/kg, sedangkan harga cabe merah biasa hanya naik 0,78% menjadi Rp26.101/kg. Namun pada periode yang sama, khusus untuk cabe rawit merah mengalami kenaikan sebesar 9,69% menjadi Rp55.515/kg.
Mendag Lutfi melanjutkan, “Sebagai gambaran, daerah pemasok ke Pasar Induk Kramat Jati saat ini hanya berasal dari Magelang, Rembang, dan Wonosobo, sementara tidak ada pasokan cabe dari Jawa Timur (Blitar, Kediri, dan Jember) yang selama ini menjadi daerah pemasok utama Pasar Induk Kramat Jati.”
Mendag juga menyampaikan, ”Untuk sementara ini, relatif stabilnya harga cabe merah keriting dan cabe merah biasa disebabkan oleh melimpahnya pasokan dari sentra produksi terutama daerah Sukabumi, Ciamis, dan Tasikmalaya yang merupakan daerah pemasok terbesar ke Pasar Induk Kramat Jati (sekitar 75% dari total pasokan harian sebesar 171 ton), sedangkan sisanya dipasok dari Magelang, Jawa Tengah.”
Namun, secara umum pasokan cabe masih relatif aman karena beberapa sentra produksi cabe seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat akan memasuki panen raya hingga satu bulan ke depan.
“Bahkan pasokan cabe di Pasar Induk Kramat Jati pada 25 Maret 2014 sebesar 171 ton, naik 1,18% dibandingkan pasokan sehari sebelumnya sebesar 169 ton. Pasokan tersebut berada pada posisi normal yang berkisar antara 150-200 ton perhari," ungkap Mendag di sela-sela acara penyerahan bantuan benih cabe rawit merah sebagai pencanangan gerakan peningkatan produksi cabe rawit merah dan pengembangan kawasan cabe di Desa Trogolele.
Saat ini, berdasarkan prognosa Kementerian Pertanian, kebutuhan cabe nasional sudah bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Meskipun demikian, karena penanaman dan pola panen yang dilakukan petani secara serentak serta belum tertatanya manajemen pascapanen dengan baik, maka terkadang terjadi fluktuasi pasokan dan harga cabe terutama pada musim penghujan, sehingga diperlukan impor untuk manambah pasokan.
Untuk itu, pemerintah terus melakukan program yang pro kepada petani. Dalam hal ini antara lain meliputi penyediaan bibit unggul, penyediaan infrastruktur, serta permodalan dengan bunga rendah agar petani selalu mendapatkan margin yang layak dan kontribusi cabe pada inflasi dapat dikurangi.
Sumber : http://ews.kemendag.go.id