Petani Brebes Terjepit Bawang Impor
Bawang merah impor yang membanjiri beberapa daerah membuat petani di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, kesulitan menjual hasil panennya. "Mau jual ke mana lagi kalau pelanggan juga kebingungan untuk memasarkan bawang merah kami," kata Ketua Kelompok Tani Sumber Pangan, Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba, Brebes, Subkhan, Senin, 3 Maret 2014.
Dia mencatat bawang impor kerap masuk dengan mudah ke sejumlah daerah di dalam dan di luar Pulau Jawa. Padahal, Asean Free Trade Agreement (AFTA) baru akan dilaksanakan serentak pada 2015. "Kami curiga ada semacam kartel yang bermain di terminal ilegal, mencuri start sebelum AFTA," ujarnya. Sebelum memasuki era pasar bebas tingkat ASEAN itu, Subkhan menegaskan pemerintah masih berkewajiban melindungi petaninya dari gempuran produk pertanian impor.
Dalam dua pekan terakhir, bawang merah impor membanjiri Kota Semarang. Bawang merah asal Thailand, Vietnam, dan Filipina dijual dengan harga Rp 13.500-14.000 per kilogram. Harga bawang impor di tingkat pedagang itu hampir setara dengan harga bawang lokal di tingkat petani.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kabupaten Brebes Budiharso mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian agar mengendalikan importasi bawang ketika petani di Brebes sedang panen.
"Karena bawang merah termasuk komoditas yang diatur importasinya dalam hal waktu dan tempat masuknya impor," kata Budiharso kepada Tempo. Ia menambahkan, pihaknya juga terus mengimbau kepada petani dan konsumen untuk melapor jika ada bawang impor masuk di wilayah Brebes.
Sumber : http://www.tempo.co