Petani Sambut Baik Pengembangan Bawang di Marelan

10 tahun yang lalu
Bagikan:
Petani Sambut Baik Pengembangan Bawang di Marelan

Medan Marelan menjadi pilot project penanaman bawang merah untuk dataran rendah. Untuk tahap awal, demplot bawang merah kerja sama Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah IX Sumut-Aceh bersama petani setempat yang tergabung dalam Kelompok Tani Sedar berhasil melakukan panen dari lahan seluas 1.000 meter per segi.
"Panen ini membuktikan bawang tidak hanya bisa ditanam di dataran tinggi saja tetapi juga di dataran rendah terutama Medan. Selama ini kita tahu bawang merah hanya bisa ditanam di kawasan dengan cuaca dingin atau dataran tinggi. Tapi ternyata bisa juga di sini," kata Kepala Kantor BI Perwakilan Wilayah IX Sumut-Aceh, Hari Utomo usai panen perdana bawang merah di desa Andan Sari, Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Rabu (26/2).

Selain di Medan, BI juga melakukan pengembangan demplot di Kecamatan Payung Kabupaten Karo seluas 3.000 meter persegi. Pengembangan demplot di dua lokasi tersebut diperlukan mengetahui perbedaan produktivtas tanaman bawang merah di dataran rendah dengan dataran tinggi. Begitu juga metode hingga treatment yang dianggap paling tepat untuk mengembangkan budidaya tanaman bawang merah di kedua dataran tersebut.

"Jadi berbagai varietas dan benih apa saja dilakukan uji coba pada demplot supaya tahu mana yang cocok. Tidak hanya itu, nanti Badan Pusat Statistik (BPS) juga akan menghitung tingkat produktivitasnya," ucapnya.

Selanjutnya diharapkan ada komitmen dan sinergitas semua pihak termasuk pemerintah daerah (pemda) untuk menjadikan penanaman ini sebagai gerakan massa yang akan berdampak pada ketersediaan pasokan bawang merah di Medan dan Sumut umumnya.
"Kalau kami pada dasarnya siap memberikan kontribusi untuk pembangunan daerah dan nasional dengan menjadi mitra strategis pemerintah daerah," ujarnya.

Berdasarkan data 2012, produksi bawang merah di Sumut hanya 14.156 ton sementara konsumsinya mencapai 41.863 ton atau defisit 27.707 ton. Adapun kendala membuat bawang merah defisit yaitu penangkaran benih terbatas, daerah yang memiliki kondisi tanah sesuai untuk tanaman bawang juga terbatas.

Selain itu belum ada kerja sama antara petani dengan produsen maupun penghasil benih serta produktivitas bawang merah lebih rendah.

Asisten II Ekonomi Pembangunan Pemko Medan Qamarul Fattah mengatakan, pihaknya sangat mendukung penanaman ini karena sejalan dengan program Pemko Medan yaitu mengoptimalisasi lahan. Melalui optimalisasi lahan ini, masyarakat digerakkan untuk memanfaatkan lahan-lahan terlantar yang ada di sekitar lingkungan masing-masing.

"Di Medan, akan disiapkan lahan seluas 5 hektare untuk penanaman bawang merah dan Marelan menjadi kawasan yang diandalkan," katanya.

Penanaman serentak akan dilakukan mulai bulan April mendatang. Untuk petani, pihaknya akan melakukan pendampingan mulai masa tanam hingga panen. Tidak hanya itu, teknologi pasca panen juga akan diajarkan kepada petani.

Ketua Kelompok Tani Sedar, Maryoto mengatakan, penanaman dilakukan pada tiga petak lahan. Tujuannya untuk membandingkan produktivitas tiga metode sekaligus memberikan opsi kepada petani ingin menggunakan metode yang mana.

"Ada dua varietas yang ditanam yaitu tuk-tuk dan lokal. Penanaman menggunakan mulsa plastik hitam perak dan umbi pada dua petak. Sedangkan satu petak lagi tidak menggunakan mulsa karena biayanya mahal," pungkasnya. (elvidaris simamora)

Sumber : www.medanbisnisdaily.com