Produktivitas Padi Turun, Petani Terselamatkan Harga Gabah

10 tahun yang lalu
Bagikan:
Produktivitas Padi Turun, Petani Terselamatkan Harga Gabah

Akibat musim kemarau yang terjadi saat ini produktivitas padi petani di Sumatera Utara (Sumut) mengalami penurunan, sehingga dipastikan berpengaruh pada penghasilan para petaninya. Legino, seorang petani padi di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang mengatakan, meskipun produktivitas turun namun petani masih diuntungkan dengan harga jual gabah yang tinggi.

"Harga gabah sekarang ini naik, sehingga ekonomi petani bisa tetap stabil," ungkapnya kepada MedanBisnis, Rabu (26/3) di Medan. Dijelaskannya, pada musim kemarau kali ini, ia masih bisa panen karena masa tanam dilakukannya jauh hari sebelum musim kemarau tiba. "Tetapi, hasil panen saya tetap tidak seperti yang saya harapkan," katanya lagi.

Dikatakan Legino, dari lahan yang dimilikinya ia hanya bisa panen sekitar 5 ton hingga 5,5 ton gabah kering panen per hektare. Angka ini jauh dibanding panen sebelumnya yang mencapai antara 6,5 ton hingga 7 ton per hektare.

"Beruntung, harga jual gabah ditingkatan petani naik dari Rp 4.400 menjadi Rp 4.500 per kg. Sehingga, petani tetap bisa menghidupi keluarganya secara normal," kata dia.

Dalam menghadapi kemarau tersebut, sambung Legino, minimnya pasokan air cukup menganggu. "Kami hanya berharap dari irigasi yang airnya diperoleh dari sisa-sisa aliran sungai terdekat saja," ujarnya.

Begitupun Legino mengaku, para petani, khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Deliserdang mengaku siap meningkatkan produktivitas tanaman padi seperti yang dicanangkan pemerintah.

"Di bulan Mei ini dinformasikan akan melakukan tanam tentongan (serentak). Kita menyambut baik informasi itu untuk meningkatkan produktivitas, apalagi musim kemarau saat ini," pungkasnya.

Sementara itu, J Ginting, petani padi di Desa Birubiru, Deliserdang sebelumnya mengatakan, kemarau yang berlangsung tersebut sama sekali tidak berpengaruh besar pada lahan pertaniannya. Sebab, petani di sana mendapatkan debit air yang cukup dari aliran Sungai Seruai.

"Di sini kalau musim kemarau tidak terlalu berpengaruh. Soalnya petani selalu bisa mendapatkan pasokan air untuk sawah dari keberadaan sungai," ungkapnya.

Akan tetapi, lanjut Ginting ada juga kecil petani yang areal persawahnya mengalami kekeringan akibat kemarau. Namun jumlahnya tidak begitu banyak, hanya bagi mereka yang irigasinya mengalami gangguan.

"Untuk itu, kita harus sering melakukan pengecekan saluran irigasi. Soalnya tanggul-tanggulnya rawan mengalami kerusakan," ucapnya. ( rozie winata)

Sumber : http://medanbisnisdaily.com