Sayuran Organik Semakin Diminati
Tren mengonsumsi makanan organik semakian merebak seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
Namun, untuk mendapatkan fungsi kesehatan itu tak jarang orang harus merogoh kantong lebih dalam, mengingat harga sayuran organik lebih mahal dibandingkan sayuran yang ditanam secara konvensional dengan pupuk kimia pabrikan.
Selain itu, jumlah petani yang menanam sayuran organik juga relatif sedikit, karena salah satu alasanannya sulit memperoleh lahan yang bebas residu pestisida dan pupuk kimia.
Poniran, seorang petani yang membudidayakan sayuran organik saat ditemui MedanBisnis di Lingkungan 17 Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan, Senin (17/2), mengatakan, ada sedikitnya 10 jenis sayuran organik yang kini dibudidayakan di lahan seluas 500 meter per segi.
Diakuinya, saat membuka lahan membutuhkan dana relatif besar. Untuk lahan seluas 500 meter per segi pupuk kompos yang dibutuhkan sekitar 115 ton. "Untuk menyiapkan media tanam sedikitnya harus ditabur 32 dum truk pupuk kompos atau lebih kurang 115 ton," kata ayah empat anak tersebut.
Selain itu lahan juga harus dikelambui untuk menghindarkan serangan hama dan gulma liar masuk ke media tananaman. "Dana awal yang dibutuhkan lebih kurang Rp 120 juta," ujarnya.
Dikatakannya, ada 10 jenis sayuran organik yang dikembangkannya yakni, sawi manis, terung, kangkung darat, tomat, kailan, cabai merah, cabai rawit, paria, labu lemak dan sawi pahit.
"Mungkin dari modal pembuatan awal lahan dan pembelian pupuk kompos yang membuat petani sedikit yang membudidayakan tanaman sayuran organik," kata ketua Kelompok Tani Tridadi tersebut.
Sebagai petani penggerak tanaman pangan, Poniran tetap mengampanyekan pentingnya sayuran organik. "Untuk mengkampanyekan tanaman organik melalui program Rumah Kompos dibina jalinan kerja sama antara Dinas Kebersihan Pemko Medan swadana masyarakat (KSM) Mahkota. Dengan begitu, petani yang hendak membudidayakan sayuran organik dapat membeli dengan harga murah. KSM Mahkota sudah memproduksi sendiri pupuk kompos sejak Oktober 2013," sebutnya.
Poniran yakin, petani yang membudidayakan sayuran organik tidak perlu khawatir rugi, karena harga sayuran non kimia itu lebih mengiurkan. Asal petani jujur hanya menggunakan pupuk kompos dalam membudidayakan sayuran tersebut dan konsumen tidak merasa ragu terhadap sayuran yang dikonsumsi benar-benar organik. "Mall dan swalayan menjadi pasarnya dengan harga lebih mahal dua kali lipat dari harga sayuran non organik," ujarnya. (chairul anwar)
Sumber : http://www.medanbisnisdaily.com